Wacana Obituarium dalam Bahasa Indonesia
Penulis: Adyana Sunanda, Atiqa
Sabardila, Agus Budi Wahyudi, Dini Restiyanti
Pratiwi, Andi Haris Prabawa
Editor : Drs. Zaenal Arifin, M.Hum.
Ukuran : 14 x 20,5 cm
Isi : 180 halaman kertas HVS 70 gram
Cetakan I, 2019
Genre : Npn Fiksi
ISBN: 978-623-7245-21-6
Ada media massa cetak di Indonesia ada yang memberikan perhatian terhadap
tokoh masyarakat dan memiliki ruang untuk menyajikan wacana obituarium. Surat
kabar Kompas secara konsisten memberi tempat untuk tokoh-tokoh yang meninggal.
Cara yang ditempuh berupa menulis sepenggal biografi mereka dalam kolom
obituarium.
Permasalahan mengenai wacana obituarium sangat kompleks. Akan tetapi, buku ini tidak mengangkat hal yang demikian. Yang dibahas dalam buku
ini adalah referen yang menjadi pengisi
obituarium, sudut pandang penulis, teknik pengumpulan bahan tulisan, peranan
yang ditonjolkan, kontribusi isi obituarium bagi penulisan biografi tokoh, dan
motif dalam obituarium.
Wacana obituarium memberikan contoh dan menawarkan temuan bahwa penulisan wacana obituarium memberikan bukti
bentuk komunikasi santun. Komunikasi santun merupakan pendidikan karakter yang dapat dilakukan dengan media
wacana obituarium.
Surat kabar Kompas dapat menjadi sumber penggalian bahan
pembelajaran, khususnya wacana obituarium. Surat kabar ini konsisten memberi tempat untuk berita tokoh yang meninggal. Akan
tetapi, kebijakan tentang siapa yang dimuat di kolom tersebut merupakan
putusan redaksi media tersebut. Hasil pembacaan terhadap wacana obituarium
di harian tersebut dapat dikatakan bahwa Kompas memberi
wadah untuk heterogenitas tokoh, birokrat, ilmuwan, seniman, pemuka agama, atau
lainnya.
Penulisan wacana obituarium bisa dipahami dengan mengikuti pengungkapan referen (acuan), sudut pandang penulis (point of view), teknik penulisan bahan tulisan, peranan tokoh
yang ditonjolkan dalam judul, dan kontribusi obituarium. Penulisan biografi tokoh, motif penulisan obituarium, dan munculnya wacana obituarium
menjadi sangat penting bagi pembaca untuk mendapatkan pencerahan. Pencerahan
seperti ini tidak dapat diberikan jika yang dibaca adalah pengumuman berita
lelayu. Pada berita lelayu tidak didapat perjalanan tokoh dalam meniti karier
dan kepribadian yang terus mereka bentuk lalu secara konsisten mereka tunjukkan
hingga akhir hayat. Bagian yang hilang itulah yang merupakan hal pokok yang
dapat diangkat untuk pembelajaran pendidikan karakter. Pembaca mendapatkan
pembelajaran konkret karena tokoh hidup dalam konteks yang nyata. Dengan memuat
banyak nilai untuk pembelajaran pembaca koran, apalagi untuk dilanjutkan
sebagai pengisi materi buku teks, kedudukan wacana Obituarium di koran menjadi
amat penting untuk diprioritaskan sebagai bacaan suplemen.
Jika media berupa cerpen, novel, atau roman
dideskripsikan tokoh-tokoh cerita dengan beragam karakter, wacana Obituarium
hanya menawarkan satu tokoh. Dengan demikian, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, bila wacana obituarium ini menjadi fokus. Langkah yang ditempuh membaca sebanyak-banyaknya wacana obituarium. Semakin banyak wacana obituarium yang dibaca oleh peserta didik, maka semakin luas wawasan
pemahaman atau nilai pemahaman atau pendalaman yang didapat dari pembacaan-pembacaan wacana obituariumk tersebut. Dengan demikian, menjadi amat
penting pula untuk mengumpulkan wacana obituarium untuk memetakan tokoh prestatif dan
unggul dari aspek kepribadian para tokoh.
Wacana obituarium memiliki kekonsistenan dalam pola penyusunannya. Pandangan dari segi unsur internalnya, jenis teks ini mengacu
pada pola pengembangan wacana yang mudah diikuti dan diselaraskan sehingga
dapat dengan mudah dipahami untuk dijadikan sebagai sumber acuan bahasa
Indonesia. Sementara itu, unsur eksternal yang mengacu pada aspek luar bahasa
dari obituarium memiliki kecenderungan untuk menekankan aspek kesantunan. Hal
ini dapat memperkuat gagasan bahwa wacana obituarium dapat dijadikan sebagai bahan ajar bahasa
Indonesia di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar