Penulis Mo Yan & Yu Hua
Ukuran : 13,5 x 20 cm
Isi : 108 halaman kertas bookpaper 57,5 gram
Cetakan I, 2018
Genre : Kumpulan Cerpen
ISBN: 978-979-1032-83-9
Orang-orang itu membeku seperti patung tanah liat, menganga saat dia mengepakkan lengannya dan melayang di atas mereka, lalu mulai terbang, cukup pelan hingga mereka bisa menginjak bayangannya jika mereka mengejarnya. Dia hanya enam atau tujuh meter di atas kepala mereka, tapi, oh, sungguh anggun, begitu cantik. Hampir semua keanehan yang bisa kau pikirkan telah terjadi di kota Gaomi di Timur Laut, tapi ini adalah kali pertama seorang perempuan naik ke langit. (Membumbung Tinggi)
Sapi itu kuning keemasan, kecuali wajahnya, yang anehnya berwarna putih. Aku belum pernah melihat sapi jantan berwajah putih sebelumnya. Sapi jantan itu dikebiri, dan caranya memandangmu dari sudut salah satu matanya sudah cukup membuat ujung rambutmu berdiri. Sekarang setelah kuingat kembali, begitulah mungkin penampilan orang kasim. Pengebirian mengubah sifat manusia, begitu pula dengan sapi jantan. (Sapi Jantan)
"Kamu lupa ya?" tanya Ayah. "Kita di sini untuk mendapatkan obat untuk nenekmu. Kita harus bergerak cepat, sebelum pemangsa mayat muncul."
Kata-kata itu masih bergema di telingaku saat kulihat tujuh atau delapan ekor anjing liar, dengan berbagai warna, menyeret bayangan panjang mereka dari dasar sungai ke arah kami. Mereka menyalak ke arah kami. (Obat)
Tenggorokan anak laki-laki itu terjepit rapatnya kerah sampai tak bisa mengunyah. Matanya berkaca-kaca dan pipinya membengkak. Sebagian apel yang digigitnya masih ada di dalam mulut. Sun Fu mencengkeram kerah dengan satu tangan dan meremas leher si bocah dengan tangan lainnya. "Muntahkan! Muntahkan!" teriaknya. (Anak Laki-Laki Dalam Senja)
"Li Hanlin berselingkuh. Dia berhubungan dengan seorang wanita di belakangku. Namanya Qingqing. Aku baru tahu hari ini. Mereka bertemu, mengobrol di telepon, dan saling berkirim surat. Aku mendapatkan surat-surat yang wanita itu kirimkan kepadanya. Mereka sudah saling kenal selama lebih dari satu tahun…" (Kemenangan)
Sapi itu kuning keemasan, kecuali wajahnya, yang anehnya berwarna putih. Aku belum pernah melihat sapi jantan berwajah putih sebelumnya. Sapi jantan itu dikebiri, dan caranya memandangmu dari sudut salah satu matanya sudah cukup membuat ujung rambutmu berdiri. Sekarang setelah kuingat kembali, begitulah mungkin penampilan orang kasim. Pengebirian mengubah sifat manusia, begitu pula dengan sapi jantan. (Sapi Jantan)
"Kamu lupa ya?" tanya Ayah. "Kita di sini untuk mendapatkan obat untuk nenekmu. Kita harus bergerak cepat, sebelum pemangsa mayat muncul."
Kata-kata itu masih bergema di telingaku saat kulihat tujuh atau delapan ekor anjing liar, dengan berbagai warna, menyeret bayangan panjang mereka dari dasar sungai ke arah kami. Mereka menyalak ke arah kami. (Obat)
Tenggorokan anak laki-laki itu terjepit rapatnya kerah sampai tak bisa mengunyah. Matanya berkaca-kaca dan pipinya membengkak. Sebagian apel yang digigitnya masih ada di dalam mulut. Sun Fu mencengkeram kerah dengan satu tangan dan meremas leher si bocah dengan tangan lainnya. "Muntahkan! Muntahkan!" teriaknya. (Anak Laki-Laki Dalam Senja)
"Li Hanlin berselingkuh. Dia berhubungan dengan seorang wanita di belakangku. Namanya Qingqing. Aku baru tahu hari ini. Mereka bertemu, mengobrol di telepon, dan saling berkirim surat. Aku mendapatkan surat-surat yang wanita itu kirimkan kepadanya. Mereka sudah saling kenal selama lebih dari satu tahun…" (Kemenangan)
Mo Yan
Guan Moye yang lebih dikenal dengan nama pena Mo Yan lahir di Gaomi, Provinsi Shandong, pada 17 Februari 1955. Dia memilih nama pena yang artinya “Jangan Bicara” untuk mengingatkan dirinya yang dikenal suka bicara blak-blakan agar lebih menahan diri.
Dia telah menerbitkan puluhan cerita pendek dan novel. Novel pertamanya “Hujan Turun di Malam Musim Semi” terbit pada 1981. Namanya mulai dikenal pembaca Barat di tahun 1987 lewat novel “Klan Sorgum Merah”.
Penulis yang disebut memiliki gaya “realisme halusinasi” dan menggabungkan cerita rakyat, sejarah, dan kehidupan modern ini dianugerahi penghargaan Nobel sastra pada 2012.
Yu Hua
Yu Hua lahir pada 3 April 1960 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Dia membuka praktek dokter gigi selama lima tahun sebelum memutuskan menulis cerita fiksi pada 1983. Alasannya berhenti menjadi dokter gigi karena dia tak suka melihat ke dalam mulut orang sepanjang hari. Menulis membuatnya menjadi lebih kreatif dan lebih bisa mengatur waktu untuk diri sendiri.
Yu Hua telah menulis empat novel, enam kumpulan cerita pendek, dan tiga kumpulan esai. Novelnya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, antara lain Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Korea, Jepang, dan lain-lain.
Foto-foto diambil dari:
https://www.thedailybeast.com/
https://www.thebeijinger.com/