Kalau bisa, saya akan meminta agar Batman ditulis tanpa seorang pembaca pun tahu siapa yang menjadi sang superhero. Kalau mungkin saya akan meminta agar V mati karena bom sehingga sampai akhir hayatnya pun tak seorang pun yang tahu siapa orang di balik manusia bertopeng itu. Kemisteriusan dari tokoh cerita seperti ini yang meninggalkan kesan mendalam pada pikiran saya.
Buku yang ditulis oleh Eka Nada Shofa Alkhajar ini berisi enam tokoh dunia yang dianggap misterius, yang dibicarakan di seluruh dunia karena kemisteriusannya, dan belum ada satupun analisis yang benar – benar memuaskan untuk menguak siapa sebenarnya tokoh – tokoh itu. Diawali dengan Jack The Ripper, pembunuh yang menghabisi 11 nyawa manusia mulai dari 3 April 1888 sampai 13 Pebruari 1891. “Prestasi” Jack The Ripper tentu belum apa – apa jika dibandingkan dengan pembunuh – pembunuh berantai yang lain, yang membunuh orang lebih banyak dari itu. Namun Jack dibicarakan karena tidak seorang pun yang benar – benar tahu siapa sebenarnya ia, dan kejahatan yang dilakukannya tidak mendatangkan hukuman baginya.
Jack membunuh wanita – wanita tuna susila dan mencincangnya, namun tetap membuat si mayat dikenali. Menurut saya, ini adalah sebuah fakta sejarah yang aneh. Bagaimana pembuhuh yang melakukan tindak pembunuhan semacam ini sampai tidak tersentuh hukum? Berangkat dari sinilah muncul analisis yang mengatakan bahwa si pembunuh adalah seorang kerabat kerajaan yang memiliki moral rendah. “Mikul Dhuwur, Mendhem Jero” sepertinya benar – benar ditaati oleh para aparat Inggris saat itu. Menjaga martabat keluarga kerajaan lebih didahulukan daripada memberikan rasa aman kepada rakyat.
Analisis lain muncul ketika mengetahui fakta lain yang menunjukkan bahwa mayat dibunuh secara “rapi”. Cara membunuh semacam ini mustahil dilakukan oleh seseorang yang tidak mengenal betul anatomi tubuh manusia. Karena itu, para analis menyimpulkan bahwa si pembunuh adalah seorang ahli bedah yang berpengalaman. Mengapa yang dibunuh adalah para wanita tuna susila? Oh, mungkin si pembunuh menganut ideologi tertentu yang menginginkan dunia bersih dari “sampah – sampah” moral semacam itu. Fakta yang terus bermunculan, juga melahirkan analisis – analisis baru. Namun sekali lagi, itu tidak bisa mengungkap siapa sebenarnya si Jack itu.
Selain Jack The Ripper, Eka juga menulis tentang Raja Arthur, Lelaki dalam topeng besi, Notradamus, Robin Hood, dan Uri Geller. Raja Arthur sudah saya kenal sejak kecil karena ada film kartun yang mengadaptasinya. Begitu juga dengan Robin Hood yang melegenda. Saya mengenal Notradamus karena banyak kejadian besar di masa kita yang dikait – kaitkan dengan ramalannya. Mengenai Uri Geller, saya baru menemukannya di buku ini. Kalau mengenai si Uri Geller ini, anda seperti saya, silakan anda membacanya di buku ini.
Bagi anda yang menyukai kisah – kisah misteri, buku ini akan membuat anda tertarik. Penulis menyertakan banyak sekali rujukan – rujukan penting yang bisa jadi anda belum pernah membacanya. Namun banyaknya rujukan itu, bagi saya, alih – alih memperkuat analisis penulis malah membuat buku ini seperti kumpulan rujukan. Ketika mengutip tulisan Sarie Febrianie di harian KOMPAS tanggal 30 Mei 2010, penulis mengutip secara lengkap artikel Sarie itu bahkan sampai kata “Fiuhh” yang menutup artikel. Kebetulan saya juga membaca artikel itu di harian KOMPAS. Karena kutipan ini, buku ini seperti layaknya sebuah kliping saja.
Penulis sepertinya juga belum memikirkan agar buku yang ditulisnya ini benar – benar menjadi buku yang baru. Kalau saya tidak salah, penulis terinspirasi menulis buku ini karena menonton tayangan National Geographic: Mystery Files. Robin Hood, King Arthur, Nostradamus, Jack The Ripper dan Man in The Iron Mask adalah kisah – kisah misteri yang muncul di National Geographic Mystery Files. Pengaruh National Geographic ini begitu terasa lagi ketika kita melihat desain sampul yang berbingkai kuning.
Gambar dan foto yang muncul di halaman – halaman buku ini adalah gambar – gambar yang dengan amat mudah bisa anda dapatkan di internet. Sekali lagi, penggunaan gambar – gambar yang sudah ada di internet ini kembali menekankan betapa buku ini bukan buku “baru yang harus anda baca” jika anda penyuka kisah misteri.
Penulis memang menyertakan pemikirannya yang termuat dalam media massa nasional. Eka pernah menulis artikel yang berjudul “Hiperialitas dalam Kehidupan Nyata” di KOMPAS edisi 31 Desember 2007. Di artikel itu Eka menulis bahwa kisah – kisah misteri itu bahkan menjadi keuntungan lain bagi industry budaya. Rasa penasaran khalayak membuat kisah – kisah ini menjadi komoditas (dengan ditulisnya buku atau film yang mengacu ke kisah – kisah itu atau dengan membuat tempat terjadinya kisah misteri itu menjadi sebuah tujuan wisata ) yang mendatangkan laba. Namun, kelemahan buku yang saya tulis di atas menguatkan kesan bahwa Eka Nada Shofa Alkhajar ingin mengambil bagian dalam komoditas itu.
http://www.facebook.com/notes/review-buku/manusia-manusia-paling-misterius-di-dunia/263114033784323
Tidak ada komentar:
Posting Komentar